Minggu, 24 Juli 2016

MBAH WALI GUS DUR - MBAH WALI LIEM IMAMPURO KLATEN (Oleh :Shuniyya Ruhama)

SAMBUNGROSO DUA WALI
MBAH WALI GUS DUR - MBAH WALI LIEM IMAMPURO KLATEN
Oleh : Shuniyya Ruhama (Admin Grup Sahabat Gus Dur)

Kisah hikmah ini diceritakan langsung oleh Mbak Alissa Wahid, putri sulung dari Mbah Wali Gus Dur. Terjadi ketika Mbak Alissa menimba ilmu di Yogyakarta, tepatnya di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Pada saat itu, sebagai putri dari seorang tokoh besar Nasional, tidak terbayangkan oleh kita bahwa beliau bisa dibilang minim fasilitas. Bahkan sepeda motor-pun tidak punya. Tidak seperti pada umumnya mahasiswa yang berasal dari putra-putri para tokoh Nasional lainnya.
Pada suatu hari, Mbak Alissa mengajukan permintaan untuk memiliki sepeda motor kepada Ayahanda. Dengan santainya dijawab bahwa beliau tidak punya uang untuk memenuhi permintaan putri beliau.
Mbak Alissa-pun heran. Sebab, beliau tahu persis bahwa Sang Ayah kerap sekali mendapat “salam tempel” yang tebal dan isinya juga banyak. Bagaimana bisa dengan mudah sekali mengatakan bahwa beliau tidak punya uang?
Karena tak tahan, akhirnya bertanya juga Mbak Alissa, “Bukannya uang Bapak banyak sekali, itu di laci penuh dengan uang”.
Dengan tegas Mbah Wali Gus Dur menjawab, “Itu bukan milik kita, itu milik umat !”
Mbak Alissa pasrah, sebab, kalau ayahanda sudah menegaskan sesuatu pasti bujuk rayu tidak akan berhasil. Belakang hari barulah diketahui bahwa Mbah Wali Gus Dur sama sekali tidak pernah mengambil sepeserpun uang dari bisyaroh atau pemberian uang dari para Jamaah atau tokoh dan semua kalangan yang sowan ke beliau. Semua akan beliau terima dan disalurkan kepada yang berhak. Menurut cerita, sering sekali tanpa dibuka terlebih dahulu berapa isinya.

Hingga suatu hari tanpa dinyana tanpa diduga sebelumnya, tiba-tiba Mbah Kyai Muslim “Liem” Imampuro Klaten mendatangi tempat tinggal Mbak Alissa sambil membawa motor dan dhawuh, “Kadose Ning Alissa lebih membutuhkan motor ini”. Dan motor tersebut diserahkan begitu saja kepada Mbak Alissa yang setengah tidak percaya mengalami kejadian ini.
Bagaimana bisa Mbah Liem bisa sampai mengetahui keinginan beliau. Pastinya Sang Ayahanda tidak pernah menyatakan hal ini kepada Mbah Liem. Namun demikianlah kenyataan yang terjadi.
Inilah salah satu bukti ketika dua kekasih Allah bertemu dan berpisah karenaNya, maka apa yang menjadi keinginan di kalbu sekalipun tidak terucap tapi bisa saling terhubung. Mbah Liem seakan mendengar suara hati Mbah Wali Gus Dur yang tentu saja sedih sekali karena tidak mampu memenuhi keinginan putrinya. Dan melalui beliau pulalah, Gusti Allah mengabulkan keinginan Mbak Alissa. Allahu akbar.
Ila hadroti arwahi Mbah Wali Gus Dur wa Mbah Wali Lim Imampuro ... Lahuma Al Fatihah...

Shuniyya Ruhama
Pengajar Ponpes Tahfidzul Quran Al Istiqomah-Weleri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar