Selasa, 24 Januari 2017

Fahmi D. Syaifuddin dan Gus Dur (Oleh : Gus Mus)

Kisah lain yang dituturkan Gus Mus adalah tentang arsitek menuju jabatan presiden. Gus Mus menduga, tidak banyak orang tahu, bahwa salah satu arsitek khittah NU 26 adalah dr. Fahmi D. Saifuddin (alm.), putra Menteri Agama K.H. Saifuddin Zuhri, kakak Lukman Hakim Saifuddin (kini Menteri Agama RI).

Fahmi pernah menjadi dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, dan dia merupakan dekan teladan yang memperoleh banyak penghargaan. Dia juga salah satu ketua PBNU. Dr. Fahmi, menurut Gus Mus, bukan hanya arsitek kembali ke khittah NU 26, tapi juga “arsitek” untuk Gus Dur menjadi pemimpin bangsa.

Gus Mus tahu persis bahwa dr. Fahmi adalah sahabat dekat Gus Dur. Dia telah lama menelitik karakter, pikiran, dan sepak terjang Gus Dur. Menurut Fahmi, Gus Dur perlu diantarkan untuk menjadi pemimpin masa depan bangsa dan negara ini.

Pada 1987, Fahmi membujuk, setengah mendesak, Gus Dur agar menerima ajakan Presiden Soeharto masuk Golkar dan menjadi anggota MPR. Gus Dur sesungguhnya menolak dan ingin tetap menjadi kritikus pemerintah Orde Baru, sebagai pemimpin gerakan rakyat. Lalu, Gus Dur menjawab Fahmi, “Aku emoh, wis kono takon Gus Mus wae; nek setuju, aku manut (saya tidak mau, sana tanya Gus Mus saja; kalau setuju, aku ikut).”

Fahmi lalu menemui Gus Mus dengan menyatakan, kalau Gus Dur menjadi anggota MPR, maka dia akan bisa mempengaruhi pemikiran orang-orang di sana sekaligus bisa berdiskusi dengan Soeharto. Gus Mus sendiri menyakini bahwa hal itu sulit, meski bagi orang secerdas Gus Dur. Ia pun tak setuju Gus Dur menjadi anggota MPR. Tapi, Fahmi tak putus harapan. Dia terus membujuk Gus Dur.

Di balik kegigihan dr. Fahmi itu, Gus Mus menangkap hal lain yang sebenarnya tidak seserius itu. Dia ingin agar Gus Dur nantinya sering pakai sepatu ke mana-mana, tidak pakai sandal terus. Agar Gus Dur mempersiapkan diri menjadi pemimpin bangsa yang besar. Menjadi presiden.

Bujukan Fahmi pun berhasil. Gus Dur akhirnya mau masuk Golkar dan menjadi anggota MPR, setelah sebelumnya menjadi juru kampanye PPP. Masuknya Gus Dur ke Golkar ini menimbulkan kontroversi hebat. Ada yang setuju dan ada yang protes keras.

Dalam amatan Gus Mus, banyak orang NU yang tak mengerti betapa hebatnya Pak Fahmi ini. Dia NU tulen, bukan hanya 100 persen, tetapi 1000 persen, dan dialah yang merencanakan jauh-jauh dan memimpikan Gus Dur jadi presiden, dengan mengajarinya memakai sepatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar